TUGAS MIKROBIOLOGI
PANGAN
Pichia anomala
Oleh Kelompok 24 :
Febry
Fajar H. G2C009015
Iqbal
Kameswara P. S. 22030110120055
Elka
Aprillia Budiansa 22030110120057
Asri
Subarjati 22030111140084
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Mengenal Pichia Anomala
Pichia anomala adalah spesies khamir
yang paling menarik, dari aspek lingkungan, industry dan kesehatan. Spesies ini
telah diisolasi dari habitat alam yang sangat bervariasi (contoh dalam makanan,
serangga, air pembuangan dll.) dan khamir ini memiliki beranekaragam metabolisme
dan fisiologi. Beberapa aktivitas dari khamir ini, khususnya pada aktivitas
antimicrobial, membuatnya menjadi organism yang sangat menarik untuk
penerapannya dalam control biologis pada sector industry pangan pertanian. Menjadi
organisme yang “kuat dan tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan” menjadi poin
tambahan bagi khamir ini untuk dieksploitasi dalam bioremediasi polutan
lingkungan. Pichia anomala merupakan salah satu jenis khamir yang masuk
dalam kelompok kelas Ascomycetes. Taksonomi dari spesies ini adalah sebagai
berikut.[1]
Gambar 1. Bentuk askospora P. anomala |
Filum :
Fungi
Kelas :
Ascomycetes
Subkelas :
Hemiascomycetidae
Ordo :
Endomycetales
Famili :
Saccharomycetaceae
Subfamili :
Saccharomycoideae
Genus :
Pichia
Spesies : Pichia anomala
Pichia anomala
adalah khamir askomicetes yang hererotalus, membentuk satu sampai empat askospore
yang berbentuk topi. Hal ini pertama kalinya dijelaskan oleh Hansen sebagai Saccharomyces anomalus Hansen yang
kemudian dipindahkan dengan Saccharomyces
saturnus KIocker dengan khamir genus baru, Willia. Namun, Sydow dan Sydow
mengalihkan seluruh spesies dari genus Willia ke Hansenula genus baru, karena
nama Willia telah digunakan untuk genus lumut. Spesies-spesies Hansenula dan
Pichia awalnya dipisahkan pada kemampuan untuk mengasimilasi nitrit sebagai
sumber nitrogen saja. Namun, perbedaan ini tidak dianggap memadai untuk
membenarkan pemisahan menjadi dua genera dan spesies Hansenula dengan askospora
yang berbentuk topi sehingga dipindahkan ke genus Pichia. Reklasifikasi
tersebut kini diterima secara luas, namun banyak laporan yang masih mengacu
pada Hansenula anomala dan beberapa berpendapat untuk pemulihan kembali pada
genus Hansenula. Argumen-argumen yang didukung oleh sebuah studi filogenetik
dari 500 ragi ascomycetous, dimana sebagian besar anggota mantan genus
Hansenula membentuk clade terpisah.[2]
Morfologi P.
anomala menunjukkan keragaman dalam berbagai bentuk selular dengan sel
tunas dan pseudohifa bercabang menjadi jelas dalam media kultur, baik cair
maupun padat. Khamir ini juga telah dilaporkan tumbuh pada media bebas vitamin.
Mengenai oksigen P. anomala, organisme
ini dapat dianggap sebagai khamir fakultatif, mampu tumbuh di kedua kondisi
baik oksigen penuh maupun oksigen terbatas. Respirasi P. anomala pada kondisi aerobic dan fermentasi alcohol yang hanya
ditimbulkan oleh pembatasan O2. Fredlund et al (2004a) melaporkan
bahwa P. anomala menunjukkan tingkat
pertumbuhan 0,22 dan 0,056 jam-1 dan hasil biomassa 0,59 dan 0,11 g/g glukosa
di bawah kondisi aerobic dan anaerobik masing-masing. Ketika terjadi pergeseran
keterbatasan oksigen, P. anomala
cepat menginduksi enzim fermentasi (piruvat dekarboksilase dan dehirogenase
alkohol) dan juga menurunkan fluks melalui jalur fosfat pentosa. S. cerevisiae juga dianggap sebagai
khamir fakultatif, tetapi dalam organisme ini, glukosa (bukan oksigen) mengatur
metabolism karbon pusat.
P. anomala memiliki banyak galur
(strain). Namun, strain yang terkenal adalah P. anomala J121. Strain ini terkenal karena perannya sebagai agen
biokontrol. Untuk memahami peran ini diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai
karakteristik fisiologisnya. Pichia anomala J121 merupakan strain khamir yang
berguna untuk mencegah kerusakan akibat kapang dan meningkatkan penyimpanan
biji-bijian yang berkadar air sedang (lembab) pada sistem penyimpanan yang
telah rusak.[3]
P. anomala J121 tumbuh dalam kondisi anaerobic yang keras, yaitu pada suhu antara 3oC
dan 37oC, pada pH antara 2-12.4, dan pada aktivitas air dari 0.92
(NaCl) dan 0.85 (gliserol). Khamir ini dapat mengasimilasi berbagai sumber C
dan N dan menghasilkan toksin pembunuh. Sebuah medium selektif yang mengandung
pati, nitrat, asam asetat, dan kloramfenikol dikembangkan untuk P. anomala. Sensitifitasnya terhadap
senyawa antijamur yang umum digunakan sama dengan Candida albicans. P. anomala mampu tumbuh pada berbagai
lingkungan yang mendukung kemampuan kompetitifnya. [3]
Bila dibandingkan
dengan S. cereviceae, khamir Pichia anomala memiliki beberapa
keunggulan. Dari sudut habitat, Pichia
anomala memiliki habitat yang sangat beragam. Dapat dikatakan, khamir ini
bisa tumbuh di mana saja, di lingkungan yang untuk S. cereviceae merupakan tempat yang tak mungkin ditumbuhi. Pichia anomala telah diisolasi dari sumber-sumber berikut: tanaman berbunga, kulit
buah, saluran usus serangga, jaringan manusia dan feces, susu dan produk
makanan panggang, minyak yang terkontaminasi, air limbah, eksudat pohon,
makanan asin, dan dari lingkungan laut. Perbedaan dengan S. cereviceae juga terkait dengan aktivitas antijamur.
Masing-masing memiliki cara tersendiri. Aktivitas antijamur P. anomala terkait dengan hidrolisis
dinding sel (lisis oleh β glukanase-induced) dan/atau untuk produksi zat
metabolit yang mudah menguap seperti
etil asetat, sedangkan S. cereviceae
menghasilkan racun pembunuh, seperti toksin K1 peptida, yang mengganggu integritas membran plasma.
Selain itu, juga terdapat perbedaan dalam hal metabolism karbon pusat dimana P. anomala tidak sensitive terhadap
glukosa (contohnya adalah P. anomala
negative terhadap Crabtree). Semua ini adalah pengaruh demonstrative Pasteur di
P. anomala. Hal ini merupakan
perbedaan utama dengan S. cerevisiae
tentang katabolisme glukosa dalam kondisi oksigen berubah dan ketersediaan
glukosa. Misalnya, jika konsentrasi glukosa tinggi, P. anomala akan bernafas dalam kondisi aerobic, tidak seperti S. cerevisiae yang merupakan efek
Crabtree positif khamir yang didominasi akan memfermentasi kadar glukosa tinggi
– bahkan oksigen (karena katabolit represi / inaktivasi fungsi oksidatif
mitokondria). Hanya ketika P. anomala
ditransfer ke O2 pada kondisi terbatas itu akan bersamaan
mentransfer ke metabolism fermentasi.
Manifestasi praktis dari
perbedaan-perbedaan metabolic ini berarti bahwa P. anomala dapat tumbuh aerobic dengan konsentrasi gula tinggi pada
tingkat pertumbuhan relative tinggi dan kepadatan sel lebih tinggi dari S. cerevisiae. Kurangnya Efek Crabtree
di P. anomala berarti (tidak seperti S. cerevisiae), tidak ada kebutuhan
nyata untuk menjaga kadar gula rendah dan akibatnya tidak perlu melakukan
sistem propagasi fed-batch khamir untuk mengontrol tingkat gula makan ketika
mencoba untuk memaksimalkan produksi biomassa khamir.
Meskipun respon terhadap
oksigen dan glukosa yang mewakili perbedaan utama antara metabolism S. cerevisiae dan P. anomala, tentu persamaan antara dua khamir memang ada berkaitan
dengan ketersediaan oksigen dalam kedua
spesies yang tidak dapat tumbuh dalam kondisi anaerobic yang ekstrem. Hal ini
karena oksigen diperlukan sebagai hal mutlak pada faktor pertumbuhan untuk
sintesis sterol (ergosterol) dan asam lemak tak jenuh (oleat) (Walker, 1998)
selama biogenesis membran plasma pada S.
cerevisiae dan P. anomala. [3]
Gambar 2 Faktor lingkungan yang menyebabkan stress pada P. anomala |
Gambar 2 merangkum tekanan
fisikokimia dan biotic utama pada khamir, termasuk P. anomala, ketika dimanfaatkan dalam industri, atau ketika
digunakan dalam aplikasi biokontrol lingkungan. P. anomala merespon kondisi stress tersebut dengan : mengumpulkan
trehalosa dan mensekresi etil asetat di
bawah batasan O2; sintesa gliserol (di awal) dan arabitol (di akhir)
selama stress garam; merangsang biosintesis shock panas/dingin protein dan
enzim stress, dan mengubah struktur membran sel. Respon stress juga diamati
dalam khamir lain, namun akumulasi arabitol dalam garam menekankan sel P. anomala bukan merupakan fenomena yang
dapat diamati dalam S. cerevisiae.
Berdasarkan stress
hipoksia, akumulasi trehalosa di P.
anomala terlibat sebagai respon spesifik untuk pembatasan oksigen. Sekresi
etil asetat dalam P. anomala
digunakan untuk menekan stress, dengan mencegah akumulasi asam asetat beracun
intraselular (dan pada saat yang sama menekan pertumbuhan mikroba pesaing).
Meskipun ada beberapa laporan yang saling bertentangan mengenai toleransi
etanol P. anomala, khamir ini umumnya
dianggap sebagai khamir yang tangguh atau “kuat”, dan mekanisme adaptasi stress
(baik umum maupun khusus sangat efisien.[4,5] Sebagai bukti
toleransi stress yang melekat pada P.
anomala cukup stabil pada viabilitas tinggi dan terjaga di kedua formulasi
cair dan kering untuk aplikasi lingkungan biokontrol. [6,7]
Di
bidang industry makanan dan minuman P.
anomala memiliki peran yang menarik walaupun ia juga memiliki kekurangan.
Peran menarik ini adalah karena P.
anomala memiliki ciri khusus yaitu kemampuannya untuk membebaskan fosfat
larut dari asam fitat yang tak larut pada tanaman, yang merupakan bentuk fosfat
non-utilisable (tak dapat dicerna) untuk hewan monogastrik. Kemampuannya ini
difasilitasi oleh oleh aktivitas enzim fitase termostabil yang dihasilkannya.
Peran P. anomala yang merugikan
berhubungan dengan produksi makanan dan penyimpanan. Sebagai ragi pembusukan
makanan, P. anomala memegang peran
atas kontaminasi yoghurt, roti, kue manis, dan anggur menyebabkan noda-noda yang sering disebut
sebagai “pemalsuan kimia”. Hal ini karena kecenderungan P. anomala untuk membentuk etil asetat.
P. anomala memainkan peran menguntungkan
tertentu di lingkungan. Misalnya, seperti kebanyakan khamir, ia berperan
sebagai agen saprofit pada siklus karbon, yang dapat membantu meringankan
polusi oleh bioremediasi bahan kimia/logam berat dalam air limbah dan dapat bertindak
dalam kontrol biologis mikroba berbahaya dengan memerangi jamur
biodeteriogenik.
Di
bidang industri, P. anomala
telah terbukti menghasilkan beberapa komoditi zat metabolic yang dapat
dimanfaatkan sebagai komoditas bioteknologi. Komoditas ini antara lain sebagai
agen bioremediasi, biofarmasi, biosurfaktan, bahan bakar biologis, biosida, dan
sebagai agen biokontrol. Peran P. anomala
sebagai agen biokontrol sangat menarik untuk aplikasi skala besar dalam sector
industry pangan pertanian, misalnya untuk mencegah pembusukan oleh jamur pada
buah dan serealia pascapanen dalam kondisi penyimpanan.
Daftar Pustaka
1. Fardiaz,
Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
3.
Walker, GM (1998) Yeast Physiology and Biotechnology. John Wiley &
Sons, Chichester.
4.
Fredlund E, Blank LM, Schn_rer J, Sauer U, Passoth V (2004a) Oxygen- and
glucose-dependent regulation of central carbon metabolism in Pichia anomala.
Applied and Environmental Microbiology 70: 5905-5911
5.
Fredlund, E, Druvefors, UÄ, Olstorpe, M, Passoth, V and Schnürer, J (2004b)
Influence of ethyl acetate production and ploidy on the anti-mould activity of
Pichia anomala. FEMS Microbiology Letters 238 : 475-478
6.
Melin P, Håkansson S, and Schnürer, J (2007) Optimisation and comparison of
liquid and dry formulations of the biocontrol yeast Pichia anomala J121.
Applied Microbiology and Biotechnology 73: 1008-1016
7.
Mokiou, S and Magan, N (2008) Physiological manipulation and formulation of
the biocontrol yeast Pichia anomala for control of Penicillium
verrucosum and ochratoxin A contamination of moist grain. Biocontrol
Science and Technology 18: 1063-1073
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar